Pernah kah kamu merasa bahwa tak ada seorang pun yang mengerti mimpimu. Jika kau melontarkan itu kepada orang terdekatmu kau tak mampu membendung air matamu, engkau menjadi cengeng, dan ucapan-ucapanmu dianggap remeh karena mereka melihat keadaan yang sebenarnya terjadi padamu adalah pasti ketidakmungkinan.
Ketika kau telah mulai melangkah dan menyusun segala mimpimu itu kau padukan dengan aksi lalu kemudian kau sadar bahwa ternyata kau terlalu jauh melangkah layaknya menaiki sebuah tangga kau langsung membawa kakimu untuk menginjakkan kaki ke tangga nomor sepuluh padahal seharusnya kau harus melangkahkan kaki dari anak tangga satu ke anak tangga lainnya.

Tetap melangkah walau itu berat

Ketika kau mulai sadar akan itu, kau ingin memperbaiki prosesmu kau telah memulainya, tiba-tiba angin mulai lagi merayumu. Orang yang selama ini menjadi sandaran dan selalu mengarahkan jalanmu untuk menaiki per-anak tangga, akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkanmu. Bagaimana perasaaanmu ? Kau pasti sok tegar kan dihadapannya ? karena sudah cukup bagimu selama ini menangis kepadanya disetiap kegagalan dan usaha kerasmu untuk memenagkan terhadap apa yang seharusnya seorang akademis lakukan.

Selang beberapa hari dari kejadian itu lalu kau mendapat permintaan untuk segera merubah statusmu melalui sebuah ikatan pertunangan karena adik dalam keluargamu sudah dalam ikatan, padahal kamu lebih tua. Kamu mungkin acuh tak acuh akan itu tapi bagaimana perasaan ibu dan saudara terdekatmu ? Mereka pasti selalu memikirkannya dan menganggap bahwa itu adalah.. hah sulit untuk di ekspresikan.

Kamu merasa inilah fase tersulit dalam hidupmu, kau ingin berhenti melangkah tapi kamu yakin bahwa prosesmu tidak akan pernah berhianat kau percaya saja bahwa kamu punya Tuhan yang tak pernah tidur. Saat doa dan mimpimu kian pudar dan menjauh saat semua meragukanmu, kau hanya yakin bahwa berhenti melangkah bukanlah jawaban untuk mengakhirinya. Kau tetapkan untuk terus melangkah meski tak sekencang di awal Semoga kau tetap tegar.
Baca Juga